Selasa, 14 Mei 2013

SUSU KAMBING ETAWA OBAT ALTERNATIF PENYEMBUHAN PENYAKIT KAWASAKI



Apakah Penyakit Kawasaki itu ?
Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang tidak biasa dengan dasar adanya peradangan
pembuluh darah di seluruh tubuh. Gejalanya adalah demam beberapa hari, ruam/bercak merah ,
pembengkakan tangan dan kaki, mata merah, iritasi dan peradangan selaput lendir mulut, bibir dan
tenggorokan serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Dampak jangka pendek mungkin
tidak terlalu serius, tetapi pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi jangka panjang termasuk
kerusakan arteri koroner.
Kawasaki hampir selalu menyerang anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Anak laki laki lebih banyak
terserang daripada anak perempuan, alasannya belum jelas.
Nama penyakit ini diambil dari seorang dokter anak di Jepang yang menemukan penyakit ini pada
tahun 1967. Sejak saat itu Penyakit kawasaki paling banyak ditemukan di Jepang. Di Amerika Serikat
penyakit ini ditemukan pada semua kelompok ras dan etnis tetapi lebih sering dijumpai pada
keturunan Asia ‐ Amerika. Penyakit ini bukan penyakit yang jarang ditemukan. Di Amerika Serikat
jumlah yang pasti belum dapat ditentukan, tetapi diperkirakan sekitar 10 dari 100.000 anak balita.
Penyakit ini dapat mewabah pada suatu kelompok atau lokasi, biasanya saat musim dingin atau
musim semi. Info selanjutnya pada Emory University.
Apakah penyebab Penyakit Kawasaki ?
Hingga saat ini penyebabnya belum diketahui. Banyak peneliti berpendapat mungkin akibat infeksi
virus atau bakteri). Terdapat kecenderungan kearah faktor herediter/keturunan sehingga misalnya
lebih sering ditemukan pada keturunan Jepang. Saat ini tidak ada bukti bahwa penyakit ini bisa
menular.
Apakah tanda dan gejala Penyakit Kawasaki ?
Pertama timbul demam dan rewel.Demam timbul cepat dan naik turun dari sedang (101 – 104 F)
sampai tinggi ( di atas 104 F). Kelenjar getah bening di salah satu sisi leher membengkak.
Ruam atau bercak merah biasanya timbul pada fase awal penyakit, pada beberapa pasien banyak di
sekitar selangkangan. Sering warnanya merah terang, dapat berbatas tegas dengan berbagai ukuran
atau beberapa ruam menyatu menjadi besar. Demam naik turun bisa selama 3 minggu. Peradangan
pada kedua mata (mata merah) biasanya tanpa kotoran, timbul pada minggu pertama masa sakit.
Lidah menjadi merah dan timbul bintil bintil, dikenal sebagai lidah stroberi karena mirip biji pada
buah stroberi. Bibir menjadi kering dan pecah, sering berwarna merah. Selaput lendir mulut menjadi
lebih merah.
Telapak tangan dan telapak kaki menjadi merah. Tangan dan kaki dapat membengkak. Kadang
kadang terjadi leher kaku (kaku kuduk). Akibat berbagai gejala dan tanda ini anak jadi rewel dan
merasa tidak nyaman.
Saat demam mereda , ruam, mata merah dan pembesaran kelenjar getah bening turut menghilang.
Kulit mulai mengelupas di sekitar jari tangan dan kaki, biasanya mulai minggu ketiga. Pengelupasan
ini bisa berbentuk potongan potongan besar atau satu buah saja. Lutut, pinggul dan mata kaki
makin meradang dan nyeri.Kadang kadang nyeri sendi dan peradangan menetap walaupun gejala lain sudah hilang. Pada fase
penyembuhan timbul garis melintang di kuku jari kaki dan jari tangan yang dapat berlangsung
selama beberapa bulan sampai kuku tersebut hilang.
Bagaimana seorang dokter menentukan bahwa seseorang anak terkena Penyakit Kawasaki ?
Dokter mendiagnosis Penyakit Kawasaki setelah memeriksa anak dengan teliti, melihat tanda dan
gejala yang timbul. Dokter juga akan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang memberi gejala
dan tanda yang mirip penyakit Kawasaki. Pemeriksaan darah untuk melihat adanya anemia,
peningkatan jumlah sel darah putih serta peningkatan laju endap darah yang menandakan adanya
peradangan pembuluh darah. Peningkatan trombosit, suatu unsur yang penting bagi pembekuan
darah juga dapat dijumpai. Pemeriksaan urin bisa menunjukkan adanya sel darah putih. Pada
pemeriksaan EKG (elektrokardiogram) dapat ditemukan irama jantung yang tidak teratur, serta
tanda lain yang menunjukkan keterlibatan jantung. Ekokardiografi (USG jantung) perlu dilakukan
untuk melihat kelainan jantung dan pembuluh darah jantung (arteri koroner).
Bagaimana pengobatan Penyakit Kawasaki ?
Pengobatan terpilih adalah pemberian gamaglobulin (fraksi protein darah manusia) dosis tinggi yang
diberikan secara intravena. Obat ini paling efektif dalam mengurangi peradangan dan mencegah
kerusakan arteri koroner jika diberikan dalam 10 hari pertama sakit. Juga diberikan aspirin dosis
tinggi pada awal fase akut sampai demam reda.
Komplikasi akibat pengobatan jarang terjadi. Virus seperti HIV (virus AIDS) tidak dapat ditularkan
melalui infus gamaglobulin. Virus hepatitis C pernah ditularkan melalui infus gamaglobulin namun
produk ini sudah ditarik dari pasaran. Kadang selama pemberian infus ini dapat terjadi sedikit
demam dan menggigil. Namun hal ini dapat diatasi dengan menghentikan sementara dan pemberian
antihistamin. Dosis tinggi aspirin kadang dapat mengakibatkan nyeri perut, perdarahan saluran cerna
dan telinga berdengung. Jika timbul gejala ini maka aspirin perlu dihentikan. Sindrom Reye
merupakan komplikasi yang jarang dan terjadi jika pasien yang sedang mendapat aspirin dosis tinggi
terserang virus cacar air atau influenza. Dosis rendah aspirin tidak berhubungan dengan sindrom
Reye.
Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya aneurisma (pelebaran segmen arteri koroner) atau
kalainan jantung / pembuluh darah yang lain, pengobatan baik secara medis maupun tindakan
bedah mungkin diperlukan. Dokter anda mungkin akan meminta ahli jantung untuk memantau
selama beberapa tahun setelah penyembuhan Penyakit Kawaski.
Hal apa yang dapat terjadi pada anak saya sepulangnya dari rumah sakit ?
Selepas perawatan di rumah sakit anak mungkin agak lemah dan kurang nafsu makan selama 1‐2
minggu. Meskipun demikian tidak perlu pembatasan aktivitas atau diet kecuali dokter menganjurkan
demikian.
Anda harus segera kontak dokter jika timbul gejala sbb
‐ Tanda tanda keracunan aspirin : nafas dangkal dan cepat
‐ Nyeri perut dengan atau tanpa muntah darah‐ Berulangnya demam dan tanda tanda lain dari penyakit Kawasaki.
Catatan :
Imunisasi MMR (Mumps Measles Rubella) dan cacar air harus ditunda selama 12 bulan setelah
mendapat gamaglobulin.
Hindari kontak dengan penderita influenza atau cacar air saat anak dalam pengobatan dengan
aspirin dosis tinggi
Bengkak dan nyeri sendi besar (siku, lutut) dan terkelupasnya ujung jari tangan dan kaki adalah hal
yang biasa terjadi pada saat penyembuhan dan akan membaik dalam waktu sekitar 3 minggu.
Apakah anak saya dapat terkena penyakit ini kembali ?
Jarang Penyakit Kawasaki berulang dalam waktu beberapa bulan /tahun kemudian (di Jepang
dilaporkan angka kambuh sekitar 4.3 % dari seluruh kasus). Jika gejala dan tanda yang sama suatu
saat muncul kembali, segera hubungi dokter anda.
Dapatkah Penyakit Kawasaki dicegah ?
Sayangnya hingga saat ini belum ada pencegahan. Meskipun demikian, berbagai kegiatan seperti
Kawasaki Disease Research Program di SanDiego bekerja sama dengan para peneliti di seluruh
Amerika Serikat dan Jepang untuk memahami lebih lanjut penyakit misterius ini. Kiranya kita semua perlu mewaspadai penyakit agar tidak menimbulkan korban lebih lanjut. Penyakit ini menular melalui udara dan menyerang manusia yg memiliki kekebalan tubuh lemah dan kurang, oleh karena itu diperlukan asupan makanan dan minuman yg dapat meningkatkan kekebalan tubuh salah satunya SUSU KAMBING ETAWA ini.

Menurut Journal of American Medicine, susu kambing adalah makanan paling lengkap yang diketahui. Ia mengandung vitamin, mineral, elektrolit, unsur kimiawi, enzim, protein, dan asam lemak yang mudah dimanfaatkan tubuh Anda. Bahkan, tubuh Anda dapat mencerna susu kambing hanya dalam 20 menit. Bandingkan dengan 2-3 jam yang dibutuhkan untuk mencerna susu sapi!
Susu kambing adalah susu yang paling mirip dengan susu ibu dari segi komposisi, nutrisi, dan sifat kimia alami. Hal ini membuat susu kambing menjadi makanan ideal untuk menyapih anak. Eter gliserol yang jauh lebih tinggi pada susu kambing dibandingkan pada susu sapi juga membuat beberapa dokter merekomendasikannya untuk perawatan gizi bayi yang baru lahir.
Gejala-gejala seperti gangguan pencernaan, muntah, kolik, diare, sembelit dan masalah pernafasan dapat dihilangkan ketika susu kambing diberikan kepada bayi. Namun demikian, bila Anda memiliki bayi di bawah tiga tahun dan ingin memberikan susu kambing sebagai alternatif susu formula, berkonsultasilah dengan dokter Anda terlebih dahulu. Tabel di bawah adalah perbandingan kandungan gizi pada susu sapi, susu kambing dan susu ibu.
Meskipun susu kambing adalah jenis susu yang disebut-sebut dalam Al Quran dan Alkitab dan meskipun di seluruh dunia lebih banyak orang meminum susu kambing daripada susu sapi, kita di Indonesia tidak terbiasa meminumnya. Orang Baratlah (Belanda) yang membiasakan kita semua lebih suka meminum susu sapi daripada susu kambing! Susu kambing berkualitas tinggi memiliki rasa manis yang lezat dan kadang-kadang terasa sedikit asin, tidak kalah enak dibandingkan susu sapi.
KANDUNGAN PROTEIN

Pada umumnya distribusi komponen protein susu kambing hampir sama dengan susu sapi, walaupun komposisi kaseinnya berbeda. Kasein yang dikandung susu sapi mengandung 55% alpha kasein, 30% beta kasein dan 15% kappa kasein, sedangkan susu kambing komposisinya adalah 19% alpha S-1 kasein, 21% alpha S-2 kasein dan 60% beta kasein.

Kasein susu kambing memiliki kandungan glycine (terutama methionine), arginin serta sulphur nya lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi.

Perbandingan antara Komposisi Nutrisi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI (untuk setiap 100 ml)

====================================================
Komponen --------- ASI ---------- Sapi ---------- Kambing
====================================================
Protein-(g)--------------- 1.2------- 3.3--------3.3
kasein-(g)---------------- 0.4------- 2.8--------2.5
Laktalbumin-(g)----------- 0.3------- 0.4--------0.4
Lemak-(g)------------------3.8------- 3.7--------4.1
Laktosa(g)---------------7.0------- 4.8----------4.7
Nilai-Kalori-(Kcal)-------71-------- 69---------76
Mineral-(g)----------------0.21-------0.72-------0.77
Kalsium-(mg)--------------33--------125--------130
Fosfor-(mg)---------------43--------103--------159
Mg-(mg)--------------------4---------12---------16
K-(mg)--------------------55--------138--------181
Na-(mg)-------------------15---------58---------41
Fe-(mg)--------------------0.15-------0.10-------0.05
Cu-(mg)--------------------0.04-------0.03-------0.04
I-(mg)---------------------0.007------0.021
Mn-(mg)--------------------0.07-------2-----------8
Zn-(mg)--------------------0.53-------0.38

VITAMIN:

Vitamin-A-(I.U.)------160--------158-------120
Vitamin-D-(I.U.)--------1.4--------2.0-------2.3
Thiamine-(mg)-----------0.017------0.04------0.05
Riboflavin-(mg----------0.04-------0.18------0.12
Nicotinic-Acid-(mg)-----0.17-------0.08------0.20
Pantothenic-Acid-(mg)---0.20-------0.35
Vitamin-B6-(mg)---------0.001------0.035
Folic-Acid-(mcg)--------0.2--------2.0-------0.2
Biotin-(mcg)------------0.4--------2.0-------1.5
Vitamin-B12-(mcg)-------0.03-------0.50------0.02
Vitamin-C-(mg)----------4.0--------2.0-------2.0
=====================================================

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ribadeau Dumas et al. disimpulkan bahwa struktur molekuler susu kambing berbeda dengan susu sapi, demikian juga dengan kasein susunya. Dinyatakan bahwa selain laktalbumin, berbagai fraksi protein susu kambing berbeda dengan susu sapi. Hal ini kemungkinan besar merupakan penjelasan yang dapat digunakan untuk menjawab mengapa bayi yang tidak toleran terhadap susu sapi masih toleran dengan susu kambing.

Susu kambing juga memiliki "curd tension" yang lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi perah FH dan Jersey (36, 52 dan 78). Hal ini diduga sebagai penyebab mengapa daya cerna susu kambing lebih baik jika dibandingkan dengan susu sapi.

KANDUNGAN LEMAK

Krim susu kambing lebih lambat mengendap jika dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini disebabkan ukuran globula lemaknya lebih kecil. Disamping itu susu kambing memiliki "globule clustering agent" yang lebih sedikit.

Susu kambing memiliki asam lemak linoleic dan arachidonic yang lebih tinggi dan juga memiliki persentase asam lemak jenuh rantai pendek yang lebih tinggi. Perbedaan ini diduga berhubungan dengan lebih mudah dicernanya susu kambing dibandingkan dengan susu sapi.

Perbandingan Komposisi Asam Lemak ASI, Susu Sapi dan Susu Kambing

================================================
Asam Lemak ---------- ASI --------- Sapi ---------- Kambing
================================================
ASAM LEMAK JENUH

Butyric-Acid--------0.4---------3.1---------2.6
Caproic-Acid--------0.1---------1.0---------2.3
Caprylic-Acid-------0.3---------1.2---------2.7
Capric-Acid---------0.3---------1.2---------2.7
Lauric-Acid---------5.8---------2.2---------4.5
Myristic-Acid-------8.6---------10.5-------11.1
Palmitic-Acid------22.6---------26.3-------28.9
Stearic-Acid--------7.7---------13.2--------7.8
Arachidonic-Acid----1.0----------1.2--------0.4

ASAM LEMAK TIDAK JENUH

Oleic-Acid---------36.4---------32.3-------27.0
Linoleic-Acid-------8.3----------1.6--------2.6
Linolenic-Acid------0.4---------- - -------- -
C22-20-Acids--------4.2----------1.0--------0.4
Arachidonic-Acid----0.8----------1.0--------1.5
================================================

Susu kambing memiliki kandungan asam caproic, caprylic, capric dan lauric yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. Kandungan asam palmitic dan stearic nya lebih rendah.

KANDUNGAN MINERAL

Kandungan abu susu kambing berkisar antara 0,7-0,85 %. Susu kambing memiliki kandungan sodium (Na)yang lebih rendah, akan tetapi kandungan potassium (K) dan chlorine (Cl)nya lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Kandungan zat besi (Fe)susu kambing bervariasi bergantung pada cara pemeliharaan dan pakan kambing. Konsentrasi "trace elemen" susu kambing pada umumnya hampir sama dengan susu sapi kecuali kandungan cobalt(Co)nya

KANDUNGAN VITAMIN
Kandungan vitamin susu kambing hampir sama dengan susu sapi, kecuali untuk vitamin B6, asam folat dan vitamin B12 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi.

  • SUMBER BACAAN UTAMA :

    1. Goat Milk and Its Use as a Hypo-Allergenic Infant Food By Dr. H.P. Maree, MBChB. First printed in Dairy Goat Journal, may 1978

    2. http://askdrsears.com/html/3/t032400.asp

    3. http://goatconnection.com/articles/publish/article_152.shtml

    DAFTAR BACAAN LAINNYA:

    1. Van der Horst, R.L., S.Afr. med. J., 50, 927 (1976).
    2. Fries, J.H., J.A.M.A., 165, 1542 (1957).
    3. Jester, WR., Wright, W.W. and Welch, H., Antibiot. 9, 397 (1959).
    4. Fries, J.H., Lightstone, A.C., Ann. of Allergy, 20, 351 (1962).
    5. F.A.0. Production Yearbook, Vol. 20, Rome.
    6. Sapperstein, S., Anderson, D.W., Journ. of Pediat., 61, 196 (1962).
    7. Macy, I.G., Kelly, H.J. and Stoan, R.E., (1953), The Composition of Milks, Public. No. 254, Nat'l. Acad. of Sciences, Washington, D.C.
    8. Kadiiski, E. (1952), Nauchi Trud Selskostop, Akad. Georgi Dimitrov 2, 23 (DSA 16:797).
    9. Sirry, I. and Hassan, H.A. (1954), Indian J. Dairy Sci., 7, 188.
    10. Nottbohm, F E. and Phillipi, K. (1933), X. Lebensmittelunters, U.-Forsch, 68,289.
    11. Knowles, F. and Watkin, J.E. (1938) J. Dairy Res., 9.153.
    12. Nirmalan, G. and Nair, M.K. (1962) Kerala Vet., 1, 49.
    13. Canuti, A. and Saivadori, F. (1959) Latte 33, 25 (DSA 22:808).
    14. Valen, A. and Valen, I.(1950), Meieriposten 39, 793.
    15. Leonhard, I. (1963), Roczn, Naute roin. (Ser Zootechnika) 81, 535.
    16. lzmen, E.R. (1940) Yuksek Ziraat Entitusu Calismalarindam iii (DSA 7:150)
    17. Lythgoe, H. C. (1940), J. Dairy Sci. m 123, 1097.
    18. Gamble, J.A., Ellis, N. R. and Bosley, A.K. (1939), Tech. Bull. U.S. Dept. Agric.
    19. Webb, B. H. and Johnson, A. H. (1965) Fundamentals of Dairy Chemistry, Avi. Publi. Co., Westport, CT
    20. Hofman, T., Nature, 181, 633.
    21. Waugh, D., and Von Hippet, P H., J. Amer. Cham Soc. 78, 4576 (1956).
    22. Melvin Lee, Rohitkumar, M and Lucia, S.P., Proc. Soc. Exp. Biol Med. (1962) 110 (1) 115.
    23. Duman, B.R., Grosclaude, F. and Mercier, J.C. in Kretchmer, N., Rossi,E. and Sereni, F., eds (1975): Modern Problems in Paediatrics, p. 46. Basle: S. Karger.
    24. Gambie, J.A., Ellis, N. R. and Besfey, A.K, Tech. Bull. U.S. Dep. Agric., 671 (1939).
    25. Daniels, A. L. and Sterns, G.: Am. J. Dis. Child. 30, 359.
    26. Versell, A., Ztshr. lmmunitatsforch. 24:267,(1915).
    27. Crawford, L.V. and Grogan, F.T., Journ. of Pediat., 59, 347 (1961).
    28. Saperstein, S., Annals of Allergy, 18, 765 (1960).
    29. Hanson, L.A. and Andersen, Acta Paediatrica 51, 509, (1962).
    30. Fahmi, A.J., Sirry, I., and A. Safwat, Indian J. Dairy Sci., 9:124.
    31. Jenness, R. and Parkash, S., Journal of Dairy Science 54, 1, 123-
    32. Fomon, S., Infant Nutrition, p. 206 Philadelphia: N.B. Saunders.
    34. Gyorgy, P.: Beitra zur pathogenese der ziegenmiichanamie, ztschr. Kilderh., 56:1.
    35. Collins, R.A., Amer. J. of Clinical Nutrit. 11, 169 (1962)
    36. Gasser, C., Helvet, Paediat. Acta, 3:301.
    37. Glansman, E., Jb. Kinderhk. iii, 127 (1926).
    38 Freudenberg, E., Ann. paediatri. 169, 103 (1927).
    39 Betke, K and Gantert, L. Dtsch. med. Wschr, 176, 1342 (1951),
    40 Hill, L.W., J. Pediat. 47 656 (1955). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar